Jatuh terduduk adalah kejadian yang sering terjadi terutama pada kelompok lanjut usia. Namun, tak menutup kemungkinan juga hal ini bisa terjadi pada usia muda. Jatuh terduduk dapat mengakibatkan berbagai cedera, mulai dari memar ringan hingga patah tulang serius. Pada beberapa kasus, jatuh terduduk dapat berdampak jangka panjang terhadap kualitas hidup individu tersebut. Namun, dengan penanganan yang tepat, fisioterapi dapat menjadi metode yang efektif dalam membantu pemulihan dan mencegah jatuh terduduk yang sering terjadi.
Bahaya Jatuh Terduduk
Jatuh terduduk bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti kelemahan otot, keseimbangan yang buruk, masalah penglihatan, dan efek samping obat-obatan tertentu. Beberapa bahaya yang dapat timbul akibat jatuh terduduk antara lain:
Cedera Fisik
Jatuh terduduk dapat menyebabkan berbagai jenis cedera fisik, terutama jika terjadi dengan kekuatan atau di permukaan yang keras. Beberapa cedera yang umum terjadi akibat jatuh duduk termasuk patah tulang, memar, dislokasi sendi, dan luka kepala. Cedera serius seperti patah tulang panggul dapat mempengaruhi mobilitas seseorang secara signifikan dan mengganggu kualitas hidup mereka.
Cedera Kepala
Apabila kondisi jatuh duduk dengan kekuatan yang cukup dapat menyebabkan cedera kepala serius. Cedera kepala dapat berakibat pada pendarahan otak, trauma pada struktur otak, atau bahkan mengakibatkan kehilangan kesadaran. Cedera kepala yang tidak tertangani dengan baik dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental dan fisik individu.
Gangguan Keseimbangan
Terjatuh dalam posisi duduk secara tiba-tiba juga dapat menjadi tanda adanya masalah keseimbangan yang mendasarinya. Keseimbangan yang buruk dapat terjadi karena beberapa kondisi seperti vertigo, masalah neurologis, gangguan pendengaran, atau efek samping obat-obatan tertentu. Jika seseorang sering mengalami jatuh duduk tanpa alasan yang jelas, penting untuk mencari evaluasi medis untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah keseimbangan yang mendasarinya.
Faktor Risiko Penyakit Serius
Tak hanya berdampak pada cedera fisik, tetapi jatuh duduk juga dapat meningkatkan risiko penyakit serius. Orang yang sering mengalami jatuh duduk memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi kesehatan seperti osteoporosis, penyakit jantung, dan penyakit kardiovaskular. Kekuatan yang menimpa tubuh saat jatuh duduk dapat memicu atau memperburuk kondisi yang sudah ada.
Efek Psikologis dan Kualitas Hidup yang Menurun
Jika Anda mengalami jatuh duduk yang berulang dapat memiliki efek psikologis yang signifikan dalam jangka panjang. Rasa takut, kecemasan, dan kehilangan kepercayaan diri sering kali terjadi setelah pengalaman jatuh duduk. Individu mungkin menjadi lebih enggan untuk beraktivitas atau meningkatkan kegiatan sehari-hari mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Peran Fisioterapi dalam Penanganan Nyeri Akibat Jatuh Terduduk
Fisioterapi merupakan cabang ilmu kesehatan yang berfokus pada pemulihan dan pemeliharaan fungsi tubuh. Dalam penanganan jatuh terduduk, fisioterapi memiliki peran yang penting dalam membantu individu memulihkan kekuatan, keseimbangan, dan keterampilan motorik mereka. Berikut adalah beberapa metode penanganan fisioterapi untuk mengatasi nyeri akibat jatuh duduk:
- Evaluasi dan penilaian: Seorang fisioterapis akan berkoordinasi dengan doktre dalam melakukan evaluasi menyeluruh terhadap individu yang jatuh terduduk untuk mengidentifikasi masalah fisik yang mungkin menjadi faktor risiko jatuh. Hal ini meliputi pemeriksaan kekuatan otot, fleksibilitas, keseimbangan, dan fungsi motorik.
- Latihan keseimbangan dan kekuatan: Fisioterapis akan merancang program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Latihan tersebut bertujuan untuk memperkuat otot-otot yang melemah, meningkatkan keseimbangan, dan mengembangkan kepercayaan diri dalam bergerak.
- Terapi modalitas: Terapi modalitas bertujuan untuk mengurangi nyeri, peradangan/ inflamasi, melancarkan sirkulasi darah dan merelaksasi otot dai sekitar tulang belakang. Biasanya terapi modalitas mencakup penggunaan alat Ultrasound, TENS (Transcutenous Electrical Nerve Stimulation), dan MWD (Microwave Diathermy).
Selain itu, fisioterapis biasanya juga memberikan edukasi kepada pasien tentang faktor risiko jatuh terduduk dan strategi pencegahan yang dapat dilakukan. Hal ini termasuk latihan rutin, penggunaan alat bantu berjalan yang sesuai, dan perubahan gaya hidup yang sehat.
Apabila keluhan nyeri tidak membaik akibat jatuh duduk, Anda bisa langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis fisik dan rehabilitasi medik di Lamina Rehab. Dokter akan membantu memberikan diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan dan mengelola gejala dengan penanganan yang tepat.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi tim Assistance Center Lamina Rehab di nomor 021-7919-6999 atau chat via whatsapp di 0811-1443-599.
Baca juga: Berapa Lama Waktu Pemulihan Setelah Alami Patah Tulang Belakang?
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa Bahaya Jatuh Terduduk?
Jatuh terduduk dapat mengakibatkan berbagai cedera, mulai dari memar ringan hingga patah tulang serius. Beberapa bahaya yang dapat timbul antara lain: 1. Cedera fisik seperti patah tulang, memar, diskolasi sendi dan luka kepala 2. Gangguan keseimbangan seperti vertigo. masalah neurologis dan gangguan pendengaran
Bagaimana Peran Fisioterapi untuk Mengatasi Nyeri Akibat Jatuh Terduduk?
Berikut adalah beberapa metode penanganan fisioterapi untuk mengatasi nyeri akibat jatuh duduk: 1. Evaluasi dan penilaian oleh fisioterapis yang berkoordinasi dengan dokter. 2. Latihan keseimbangan dan kekuatan dengan menjalankan program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. 3. Menjalani terapi modalitas
Apa tujuan Terapi Modalitas dalam Penanganan Nyeri Jatuh Terduduk?
Terapi modalitas bertujuan untuk mengurangi nyeri, peradangan/ inflamasi, melancarkan sirkulasi darah dan merelaksasi otot dai sekitar tulang belakang. Biasanya terapi modalitas mencakup penggunaan alat Ultrasound, TENS (Transcutenous Electrical Nerve Stimulation), dan MWD (Microwave Diathermy)
Artikel ini ditinjau oleh: dr. Yuti Purnamasari