Nyeri kronis merupakan salah satu jenis nyeri yang mengganggu kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Tanda utama nyeri kronis adalah jangka waktu yang lama dan berulang, bahkan rasa nyeri yang memburuk dari waktu ke waktu. Seperti melansir dari Mayo Clinic (2021) menyatakan bahwa nyeri kronis ini dapat menyebabkan komplikasi di luar gejala fisik yang penderitanya alami, komplikasi yang paling banyak adalah depresi, kecemasan berlebih, hingga terganggunya waktu tidur. Salah satu obat yang terkenal untuk mengatasi masalah nyeri kronis adalah painkiller atau obat pereda nyeri. Namun, efektifkah obat tersebut?
Bagaimana painkiller bekerja?
Obat pereda rasa nyeri atau painkiller bekerja dengan memblokir efek zat kimia enzim siklooksigenase (COX) enzim yang memproduksi prostaglandin. Di mana zat kimia tersebut mempunyai peran besar dalam menyampaikan rasa sakit ke otak. Zat tersebut dapat diproduksi ketika seseorang mengalami luka atau adanya gangguan di dalam tubuh. Sehingga zat tersebut mengirim sinyal ke otak sehingga memunculkan rasa sakit. Dengan adanya painkiller yang dapat meminimalisir zat tersebut, maka rasa nyeri pun akan berkurang tetapi tetap tidak memperbaiki akar masalah yang menjadi penyebab rasa nyeri.
Tak mempan untuk penderita nyeri kronis
Mengutip dari artikel kesehatan Health University of Utah (2019) menyatakan bahwa pada gangguan nyeri kronis, seperti nyeri pinggang atau panggul yang sering merasakan nyeri. Obat painkiller bisa saja tidak bekerja pada penderita tersebut. Ini terjadi akibat adanya penurunan respon terhadap pemakaian obat penghilang rasa nyeri dalam waktu yang lama. Para penderita kronis, umumnya akan mengonsumsi obat pain killer dalam jangka waktu yang sering dan lama. Hal ini akan menyebabkan tubuh menjadi tidak begitu merespon obat tersebut. Sehingga, beberapa penderitanya biasanya akan menambah dosis obat nyeri untuk merasakan hasilnya. Padahal, ketergantungan pada obat tidaklah baik, selain dapat menyebabkan depresi, ketergantungan obat juga dapat menimbulkan gagal ginjal pada penderitanya.
Pengobatan lain yang lebih efektif
Perawatan dan pengobatan medis untuk mengatasi nyeri kronis adalah dengan mengatasi masalah yang menjadi penyebab timbulnya rasa nyeri. Ketika masalah tersebut teratasi, maka sinyal nyeri akan berhenti tubuh produksi, sehingga seseorang bisa sembuh dan terbebas dari rasa nyeri. Untuk mengetahui penyebab muncul rasa sakit atau nyeri tentu yang pertama dapat kita lakukan adalah melakukan konsultasi sekaligus pemeriksaan dengan dokter spesialis ahli. Pemeriksaan fisik biasanya meliputi MRI atau CT-Scan untuk melihat dengan jelas bagian organ dalam manusia. Sehingga, lebih detail dalam mendeteksi adanya gangguan di dalam tubuh.
Baca juga: Yuk, Cari Tahu Perbedaan Cedera dan Trauma Pada Tulang!
Konsultasi dan pemeriksaan fisik
Kamu, dapat melakukan pengobatan pelayanan di dalam satu tempat sekaligus, Lamina Rehab menyediakan layanan konsultasi, layanan tindakan, hingga fisioterapi/rehabilitasi medis untuk penderita nyeri kronis akibat gangguan tulang belakang, wajah hingga lutut. Semua pengobatan di klinik Lamina Pain and Spine Center dilakukan oleh dokter spesialis bedah saraf terbaik dan terdepan dengan jam terbang tinggi. Sebagai klinik nyeri tulang belakang terbesar di Asia Tenggara, Lamina selalu berdedikasi mengatasi rasa nyeri agar pasien bisa kembali beraktivitas tanpa hambatan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai biaya, jadwal, hingga lokasi kamu bisa menghubungi nomor yang tertera pada helpline website.
Baca juga: 4 Cara untuk Menjaga Tulang Belakang Tetap Sehat