Hipertensi juga terkenal dengan nama darah tinggi. Darah tinggi dapat terjadi ketika pembuluh darah terus menerus meningkatkan tekanan. Sehingga terjadi tekanan pada dinding pembuluh darah (arteri) saat dipompa oleh jantung. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama yang menyebabkan kematian muda. Sehingga penyakit ini tergolong kondisi kesehatan yang berbahaya karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung (stroke), otak, hingga menyerang sistem saraf pada wajah, seperti Bell’s palsy.
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai bell’s palsy, yuk simak penjelasan mengenai hipertensi terlebih dahulu!
Penyebab hipertensi
Tekanan darah tinggi ini terbagi menjadi dua macam berdasarkan penyebabnya, di antaranya:
- Hipertensi primer
Pada kasus ini, penyebab pasti dari tekanan darah tinggi tidak diketahui. Artinya, seseorang bisa saja mengalami hipertensi dari berkembang dari tahun ke tahun tanpa dapat teridentifikasi. Biasanya, hipertensi ini terjadi pada orang dewasa/lansia. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang terkena hipertensi primer, seperti: genetik, kurang asupan kalium, orang yang mengonsumsi junkfood, obesitas, dan kebiasaan buruk.
- Hipertensi sekunder
Sedangkan tekanan darah tinggi sekunder dapat terjadi ketika seseorang mengidap suatu kondisi tertentu yang berisiko menyebabkan tekanan darah, seperti:
-Masalah ginjal.
-Tumor kelenjar.
-Tumor tiroid.
-Cacat bawaan.
-Efek dari konsumsi obat-obatan seperti pil KB, obat flu, atau obat terlarang.
Dampak yang mungkin terjadi
Tekanan darah tinggi merupakan penyakit berbahaya karena rentan menyebabkan komplikasi penyakit berbahaya lainnya. Namun, pada umumnya penyakit hipertensi ini menyebabkan penderitanya mengidap penyakit jantung (stroke). Hal ini terjadi karena hipertensi dapat membuat pembuluh darah menyempit hingga bocor/tersumbat, sehingga mengganggu aliran darah yang menuju ke otak. Jika otak tak mendapat cukup aliran darah maka sel dan jaringan saraf pada otak akan mati, inilah yang menyebabkan terjadinya stroke.
Bahaya stroke
Stroke merupakan penyakit yang sangat membahayakan penderitanya, selain merusak saraf dan jaringan dalam otak, stroke juga sangat mampu membuat penderitanya mengalami kelumpuha fisik, ada beberapa gejala stroke yang bisa dialami oleh penderita, seperti:
- Penglihatan terganggu
Salah satu gejala yang terdapat pada penderita stroke adalah terganggunya indera penglihatan menjadi kabur/buram. Hal ini akibat saraf otak yang menghubungkan dengan penglihatan terganggu.
- Sulit berbicara
Selain mengganggu penglihatan, penderita stroke biasanya juga mengalami kesulitan saat berbicara, akibat dari terganggunya area broca (saraf yang mengontrol seseorang dalam hal berbicara/kemampuan berkomunikasi).
- Bell’s palsy/wajah melorot
Masalah ini juga banyak dialami oleh penderita stroke akibat terjadi kelumpuhan di area otot wajah. Hal ini terjadi karena ketika stroke, saraf yang mengontrol otot wajah menjadi terganggu.
Baca juga: Manfaat Senam Otot Wajah Bagi Penderita Bell’s Palsy
Pengobatan Bell’s Palsy akibat stroke
Bell’s palsy pada penderita stroke masih bisa tertangani dengan baik, jika penderita tersebut segera melakukan konsultasi terhadap masalah yang mereka alami dengan dokter ahli. Nah, biasanya jika kamu cepat melakukan konsultasi, maka akan mempercepat proses penyembuhan. Biasanya, dokter akan memberikan pengobatan untuk bell’s palsy sesuai dengan tingkat keparahannya, seperti:
- Jika kondisi bell’s palsy ringan, maka dokter akan memberikan obat-obatan/resep untuk meredakan peradangan.
- Selanjutnya ada fisioterapi untuk mempercepat penyembuhan pada penderita bell’s palsy dengan rehabilitasi medik.
- Injeksi botox juga bisa pasien lakukan untuk memperbaiki saraf yang rusak.
- Ada pula operasi yang bisa pasien lakukan untuk memperbaiki fungsi bagian wajah agar kembali normal.
Nah, itu dia penjelasan mengenai bahaya hipertensi yang dapat menyebabkan Bell’s palsy pada seseoang. Jika mengalami gejala bell’s palsy, atau disfungsi saraf wajah segera lakukan konsultasi melalui klinik Lamina Pain and Spine Center agar kamu dapat segera mendapat penanganan yang tepat dari dokter spesialis saraf professional.