Rematik seringkali terkenal sebagai masalah pada para lansia. Melansir dari jurnal kesehatan Institut Ilmu Strada Indonesia (2020) menyebutkan bahwa menurut data WHO pada tahun 2010 lebih dari 355 juta orang di dunia menderita penyakit rematik atau arthritis rheumatoid. Meskipun dalam jurnal penelitian tersebut menyebutkan bahwa, kelompok umur 65 tahun ke atas berisiko sekitar 63% terkena masalah rematik, di mana ada keterikatan yang kuat antara hubungan umur dengan penyakit ini. Akan tetapi, bukan tidak mungkin jika arthritis rheumatoid ini juga menyerang kepada golongan usia muda. Mengutip dari Cleveland Clinic (2021) menyebutkan bahwa 3% orang dewasa berusia 18 hingga 34 tahun menderita reumatik.
Apa itu rematik?
Rematik atau arthritis rheumatoid adalah kondisi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh mengirimkan sinyal yang keliru. Sehingga, tubuh mengirimkan antibodi ke jaringan di sekitar sendi. Ini, menyebabkan lapisan tipis yang menutupi sendi menjadi meradang dan melepaskan bahan kimia yang merusak jaringan sekitarnya seperti tulang rawan, tulang tendon, hingga ligamen. Hal ini bisa menyebabkan pembengkakan yang sangat nyeri, hingga merusak tulang di sekitarnya dan membahayakan bagian tubuh lainnya.
Baca juga: Manfaat Terapi Manuthera Untuk Pasien Obesitas
Gejala rematik
Ada beberapa gejala atau tanda ketika seseorang mengalami rematik, di antaranya:
- Nyeri sendi yang berdenyut dan sering menjadi parah di pagi hari.
- Bengkak dan merasa kaku di area yang terserang, hal ini juga biasanya terjadi pada pagi hari.
- Bengkak, kemerahan, serta hangat di area yang terkena rematik (biasanya rematik menyerang bagian tubuh yang sering melakukan gerakan).
- Pada beberapa kasus, nodul rheumatoid atau pembengkakan benjolan yang keras juga bisa muncul di area kulit yang terserang.
- Selain itu, beberapa orang juga mengalami kelelahan, demam, nafsu makan berkurang, turunnya berat badan secara drastis, mata kering, hingga nyeri dada.
Baik penderita lansia maupun penderita di usia muda biasanya mengalami gejala yang hampir serupa seperti yang telah disebutkan di atas.
Rematik di usia muda, normalkah?
Mengutip dari Cleveland Clinic (2021) bahwa tidak ada bedanya penyebab rematik di usia muda dengan rematik pada lansia. Akan tetapi, beberapa penelitian menyebutkan bahwa genetik bisa menjadi faktor terjadinya masalah rheumaotoid di usia muda. Selain itu, faktor pola hidup seperti merokok juga bisa menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit ini. Sedangkan pada orang yang memiliki pola makan sehat biasanya memiliki faktor lebih rendah terkena risiko masalah ini.
Pengobatan yang tepat
Meskipun tidak ada obat khusus untuk mengatasi masalah ini. Akan tetapi, perubahan gaya hidup, seperti menjaga pola makan dan tetap melakukan gerak fisik bisa mengurangi peradangan pada sendi. Salah satu pengobatan sekaligus perawatan pada penyakit rematik yang bisa kamu lakukan adalah dengan fisioterapi di klinik Lamina Rehab. Fisioterapi di klinik Lamina menggunakan teknologi terkini, dan didampingi oleh tenaga medis (fisioterapis) berpengalaman. Sehingga, fisioterapi yang kamu lakukan akan lebih terasa nyaman. Untuk informasi lebih lanjut mengenai fisioterapi di klinik Lamina silakan hubungi nomor yang ada pada hotline website.
Baca juga: Waspada Bahaya Cedera Mata Kaki, Sprain Ankle!