Pernahkah Anda mendengar tentang TENS? Terapi TENS merupakan terapi modalitas untuk atasi nyeri akibat kondisi tertentu, mulai dari cedera, nyeri sendi hingga gangguan saraf. Meski demikian, ada kondisi tertentu yang sebaiknya untuk menggunakan terapi ini, misalnya pada wanita hamil, penderita epilepsy atau memiliki gangguan irama jantung. Lantas, bagaimana cara kerja TENS dan seberapa efektifkah metode ini? Yuk, simak penjelasannya.
Apa itu Terapi TENS?
TENS atau Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation adalah terapi yang menghantarkan arus listrik bervoltase rendah ke dalam sistem saraf tubuh. Arus listrik akan masuk ke tubuh melalui dua buah elektroda yang menempel pada kulit dengan mesin khusus berukuran kecil (TENS unit).
Alat terapi ini bekerja dengan memblokir sinyal nyeri agar tidak mencapai otak, memicu tubuh memproduksi lebih banyak endorfin serta melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh.
Apabila tubuh menghasilkan lebih banyak endorfin, maka nyeri akan berkurang, pasien merasa nyaman dan otot-otot menjadi lebih rileks serta tidak tegang. Pada kasus nyeri kronis seperti saraf kejepit, prosesnya membutuhkan frekuensi yang lebih besar sekitar 50-150Hz untuk mengaliri sistem saraf pusat. Tujuannya yaitu untuk mengurangi kemampuan saraf dalam mengirim sinyal nyeri ke otak dan saraf tulang belakang. Dengan cara ini, maka rasa nyeri yang timbul perlahan berkurang dan membaik.
Kondisi yang Dapat Diatasi dengan TENS
Sebelum menggunakan terapi TENS, dokter biasanya akan mendiagnosa penyakit terlebih dahulu. Untuk memastikan kondisi medis Anda, umumnya akan dilakukan sejumlah pemeriksaan fisik secara komprehensif serta pemeriksaan radiologis guna menegakkan diagnosa. Selanjutnya, dokter akan memberikan metode atau terapi pengobatan yang tepat sesuai dengan kondisi atau penyakit yang Anda alami.
Menurut dr. Rifalisanto, Sp.KFR, ada beberapa kondisi yang dapat teratasi dengan terapi TENS, antara lain:
- Cedera akibat berolahraga
- Nyeri sendi di bagian leher dan punggung
- Gangguan saraf, seperti saraf kejepit
- Peradangan pada otot dan sendi
- Osteoporosis
- Multiple sclerosis
- Kanker
Efek Samping
Berbagai efek samping mungkin akan Anda rasakan, seperti munculnya sensasi menusuk, menggelitik atau dengungan mesin yang terkadang membuat tidak nyaman sebagian orang. Beberapa orang juga mungkin berisiko mengalami alergi terhadap gel yang dioleskan pada elektroda dan bersentuhan langsung dengan kulit.
Alergi tersebut bisa berupa rasa iritasi dan kemerahan pada kulit. Namun, ada jenis gel yang bisa mengurangi risiko alergi seperti gel yang bersifat hipoalergenik.
Hal lain yang dapat menimbulkan efek samping yaitu jika keliru memasang elektroda seperti pada bagian depan leher. Ini bisa menurunkan tekanan darah dan memicu kejang, sehingga bisa membahayakan kesehatan pasien.
Risiko dan efek samping tentu dapat diminimalisir dengan penggunaan alat yang tepat dan dilakukan oleh terapis ahli yang sudah berpengalaman.
Mau tahu lebih lanjut tentang TENS dan manfaatnya untuk mengatasi nyeri? Anda bisa berkonsultasi dengan dokter kami dengan menghubungi Assistance Center Lamina Rehab pada nomor yang tertera.
Yuk, chat dan konsultasi sekarang ke Lamina Rehab untuk hidup bebas nyeri sehingga Anda bisa beraktivitas kembali!
Baca juga: Pengaruh Fisioterapi Saraf Kejepit Dalam Proses Penyembuhan
